5 Alasan Kenapa Programmer adalah Calon Suami yang Ideal

1. Bahasa

Mungkin calon mertua bisa menguasai beberapa bahasa pada umumnya, semisal: bahasa indonesia dan atau basa sunda, intinya bahasa daerah. Lain halnya
calon menantu yang berprofesi sebagai programmer, bisa menguasai lebih dari bahasa manusia, yakni bahasa komputer, semisal: C, Pascal, Python, dan lain-
lain. Ini bisa meberikan kesan berbeda saat lamaran berlangsung atau saat ijab kabul (jika menggunakan bahasa komputer). Walaupun tak lazim.

2. Teliti dan Perhatian

Perlu diketahui, seorang programmer sebenarnya sangat teliti. Contohnya dengan menerapkan teknik analisis program. Saat menganalisis sangatlah teliti dari
setiap statement yang ditulis, arah dan tujuannya kemana. Demikian juga saat memilah jodoh, mencari tahu keturunannya. Dalam memecahkan persoalan
hubungan: “Kenapa doi tiba-tiba marah?”. Saat itulah analisisnya dimulai. Mungkin hanya segelintir programmer yang seperti ini.

3. Penyayang

Tentunya calon mertua ingin memiliki menantu yang penyayang, baik terhadap anaknya maupun cucunya. Ini ditunjukan saat seorang programmer menyukai
proyeknya, terlebih upahnya. Tidak akan disia-siakan, apalagi keluarganya sendiri dan calon keluarganya.

4. Berwawasan IT

Calon mertua mana yang tidak ingin memiliki menantu yang berwawasan luas, terlebih di bidang IT. Ada saatnya “itu” tiba, misalnya diminta untuk memperbaiki
komputer. Mertua : “Ini komputer Om kenapa nge-restart terus ya?” Programmer : “Oh ini kena virus Om, lebih baik jangan pakai proprietary, rentan virus”
Mertua : “Terus pakai apa?” Programmer : “Pakai open source aja, Insya Allah aman dan 100% legal” Mertua : “Oh gitu ya? Wah... Om mesti banyak belajar dari
kamu nih” Meng-open source-kan calon mertua demi kebaikan dan kemajuan bangsa adalah salah satu misi seorang programmer.

5. Sabar

Sabar menghadapi errornya prorgram yang seperti ini. Sama halnya sabar menghadapi perselisihan rumah tangga. Maka kembali melakukan analisis. Tidak
hanya itu, programmer juga terlatih untuk bersabar menghadapi bos dan kliennya. Mereka terbiasa kerja larut tanpa bonus++. Kalaupun mereka marah, biasanya
melampiaskan amarah ke komputer atau gadgetnya: nge-twit atau mungkin menulis sesuatu di blog pribadinya. 😁😁😁😅